Pura Mangkunegaran: Pelestarian, Perjuangan, Persaudaraan

Related image

Pura Mangkunegaraan, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Kadipaten Mangkunegaran, didirikan oleh Raden Mas Said, seorang tokoh kerajaan Mataram Islam abad 18 yang kelak akan dikenal sebagai Mangkunegara I. Dahulu, Mangkunegaran merupakan kerajaan pecahan Mataram Islam yang setelah Perjanjian Salatiga, mendapat wilayah tersendiri dan tunduk pada Kasunanan Surakarta.

Istana Joglo yang megah nan elok dengan benda-benda bersejarah bernuansa Belanda dan Jawa terkonservasi dengan rapi menjadi simbol istimewa sejarah Kadipaten Mangkunegaran. Pura Mangkunegaran yang terletak di tengah Kota Surakarta atau Solo, menjadi titik fokus turisme di kota tersebut. Posisi istana terletak di depan alun-alun Mangkunegaran yang sekilas terlihat tidak terurus dan kumuh, akan tetapi istananya berbeda seratus delapan puluh derajat.

Ketika memasuki area istana, pengunjung akan dimanjakan dengan luasnya halaman hijau yang sunyi dan damai, layaknya suasana di rerumputan yang menyegarkan pikiran dari situasi kota yang padat ramai. Rumput-rumput tertata rapi dan dirawat subur, pancuran air megah dengan hiasan patung ala istana royal menjadi tambahan indahnya suasana istana.

Menjajakan kaki di Pendopo Agung, atau mungkin sekarang akan lebih lazim disebut dengan Main Hall, akan membuat pengunjung makin terkesan dengan adanya lantai marmer Italia lengkap dengan lampu gantung artistik dari zaman kolonial yang didatangkan langsung dari dataran Eropa. Pendopo Agung di semua keraton yang terdapat di Pulau Jawa memiliki fungsi dan makna kerakyatan, yaitu sebagai tempat interaksi para anggota kerajaan dan para rakyat. Di sana semua keluarga kerajaan menampakkan diri mereka di depan rakyat, biasanya rakyat akan diundang oleh kerajaan ketika sedang terjadi perayaan peristiwa besar, hari besar agama dan budaya, atau peristiwa lainnya. Pada masa ini Pendopo Agung lebih sering digunakan sebagai tempat pelestarian budaya, dimana para pemain gamelan dan penari adat menampilkan seni mereka di muka umum.

Image result for dalem ageng mangkunegaran

Saat keraton-keraton di Jawa Tengah masih berstatus kedaulatan, tentunya sebagai istana negara bagian dalam istana tidak boleh dimasuki rakyat biasa. Akan tetapi, pada masa ini semua orang dapat memasuki bagian dalam Istana Mangkunegaran dan mempelajari sambil menikmati tampilannya yang berseni tinggi dan bermakna historis yang signifikan. Di dalam ruangan utama depan Pendopo Agung yang bernama Dalem Ageng terdapat sebuah ruangan megah dimana dahulu para keluarga kerajaan melaksanakan pekerjaan mereka. Ruangan itu kini terisi dengan artefak-artefak Kerajaan Mataram, Belanda, serta Kadipaten Mangkunegaran itu sendiri yang tertata dengan rapi, aman, serta terjaga pelestariannya. Selain itu masih banyak benda pakai yang sampai sekarang masih digunakan oleh pihak istana untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari. Lanjut ke area dalam, pengunjung akan masuk ke Beranda Dalem, ruang keluarga kerajaan yang dihiasi dengan arsitektur serta hiasan dinding yang bernuansa Jawa dengan pengaruh Belanda. Seluruh area Istana Mangkunegaran dapat dijelajahi oleh pengunjung secara bebas kecuali rumah pribadi keluarga kerajaan yang terletak di belakang istana. Bahkan beberapa ruangan acara di istana dapat disewa oleh masyarakat umum jika ingin menyelenggarakan acara pribadi maupun acara kantor. Semua dikelola oleh pihak kerajaan.

Sebuah kepercayaan budaya Solo, bahwa ketika zaman kolonial para anggota kerajaan Surakarta dan Mangkunegaran serta para priyayi seringkali membeli makanan dan jajanan di sekitar istana. Para penjual akan menjajakan jajanan lezat yang bermacam-macam namun berporsi sedikit agar mereka sering jajan. Oleh sebab itu sekarang kuliner Solo terkenal akan variasi jajanan kuliner mereka yang berporsi kecil atau cilik.

Di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, terdapat empat keraton yang masih berdiri yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kadipaten Paku Alaman, Kesunanan Surakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran. Terdapat persamaan dan perbedaan dari keempat keraton tersebut, Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta memiliki status dan kedudukan yang sama yaitu sebagai penguasa tertinggi di daerah masing-masing, hanya waktu itu Surakarta didirikan karena pihaknya bersekutu dengan Belanda, sementara Yogya tidak. Sedangkan kedua kadipaten, yaitu Paku Alaman dan Mangkunegaran berstatus sebagai Pangeran Adipati atau di dunia barat dikenal sebagai duchy yang pemimpinnya bergelar duke. Kedua duchy tersebut berada di bawah kesultanan dan kesunanan masing-masing, namun saling bekerjasama, melestarikan, dan menghormati pihak masing-masing.

Pada masa penjajahan Belanda, Yogyakarta dan Surakarta memimpin pemerintahan masing-masing, dibantu oleh kadipaten mereka. Kedua wilayah memiliki tokoh perjuangan mereka masing-masing yang berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, seperti Hamengkubuwono IX dan Pakubuwono X. Setelah Indonesia merdeka dan memiliki pemerintahan sendiri, Yogyakarta mendapat status istimewa karena peranannya dalam usaha mempertahankan kemerdekaan. Sekarang Mangkunegaran hanya berstatus sebagai cagar budaya. Uniknya istana Mangkunegaran adalah hampir seluruh area istana dapat dimasuki pengunjung. Walau tidak berstatus sebagai kerajaan berkedaulatan, pihak keluarga Mangkunegaran sangat aktif dalam melestarikan budaya mereka. Mereka tidak punya kekuatan pemerintahan royal lagi, namun mereka menjaga nilai-nilai budayanya.

[Tulisan ini dibuat untuk tugas kegiatan literasi SMAN 68 Jakarta Pusat]

Tinggalkan komentar